Followers

Monday, February 2, 2015

Dikala Hujan

Pagi itu langit tampak muram 
Sang surya malu dengan rautnya yang masam 
Bersembunyi di balik awan penuh lebam 
Sempat terlintas khawatir dalam diam 
Akankah pagi ku berujung kelam 
Tapi langkahku tak terkaram 
Sejenak ku bersandar disudut bilik kusam 
Dalam lamunan dalam mata terpejam 

Ku tengok langit dari balik jendela 
Rintik air mulai tampak riang bercengkerama 
Seakan berlomba-lomba mencapai muara 
Irama mulai mengusik gendang indera 
Cemasku semakin membara 
Hanya kecil hati ini bersua 
Akankah yang ku tunggu akan tiba 
Tapi raga enggan beranjak berkelana 
Aku ingin disini sedikit lebih lama 

Aku pun masih ragu 
Apalah yang sedang aku tunggu 
Hujan yang tak henti menderu 
Ataukah datangnya keajaiban menyapaku 
Sudahlah, cukup bagiku satu berita itu 
Mampu melukiskan kembang senyumku 
Berita yang hitam putihnya belum menentu 
Atau hanya aku yang meramu-ramu 

Masih jelas teringat dalam telinga 
Setiap melodi yang tercipta terukir makna 
Walau masih tersimpan seribu tanya 
Dalam sanubari tetap bersarang setitik asa 
Hujan dikala itu cukup sebagai penanda 
Pagi itu bukalanlah skenario belaka 
Bukan pula akhir pagi yang merana 

Ini bukanlah cerita imajinasi 
Yang hadir kala itu bukanlah mimpi 
Walau tiada kata janji bersemi 
Tapi ku ingin percaya dan menanti 
Akan hadirnya indah pelangi 
Dikala awan tak lagi saling menali 
Dikala hujan telah lelah bernyanyi

Februari 2015

No comments:

Post a Comment