Terlalu lama mata bintang bersinar
Terang benderang menabur binar
Bercahaya selalu tak kan pudar
Berikan insan senyum memekar
Hilangkan hitam penat belukar
Tak kan padam ataupun samar
Hingga cerita menuai derai kobar
Terlalu lama lambat air mengalir
Tiada lelah menggapai hilir
Menghalau batu berdesir-desir
Ciptakan tarian lembut pasir
Musnahkan sisa sampah berlendir
Derai gemercik air menyisir
Tenangkan jiwa yang tersingkir
Tapi, bukanlah bintang diri ini
Bukan jua aliran air suci
Terlalu lama waktuku menanti
Setiap nada kulalui tanpa pasti
Tak ada lagi daya mengabdi
Tangan tak sanggup lagi menari
Lisan pun tak mampu bernyanyi
Hanya raga hampa tanpa arti
Seperti kering daun ditanah gersang
Jatuh dari tahta yang telah usang
Terputus dari jiwa sembahyang
Terdampar diantara batu karang
Tak dapat rasakan hangat bergelombang
Ku rasakan semua gelap remang-renmang
Hingga tak ku lihat lagi setitik terang
Jiwa kini hanya diri seorang
Tak ada lagi harapan terhidang
Hanya tinggal penyesalan yang bersarang
July 2011
Aku seperti layu bunga
Tangkainya lusuh lemah tanpa daya
Menunduk malu lembaran mahkota
Tak menarik lagi warnanya
Tak harum lagi aromanya
Lebah kumbang pun enggan menyapa
Tak seterang sinar mentari pagi
Tak semarak warna warni pelangi
Tak secerah biru muda langit tinggi
Tak setenang aliran air sungai
Tak sekokoh bebatuan hitam murni
Hidupku kacau suram sunyi
Ragaku lemah rentan tak berenergi
Bimbang resah merasuk dalam hati
Seakan tiada harapan ku nanti
Tiada setitik cahaya menerangi
Sejenak melayang jauh angan-angan
Menelusuri kisah-kisah para pahlawan
Tiada kata menyerah pada lawan
Nyawa harta ikhlas dikorbankan
Hingga tertancap kuat batu nisan
Menggugah hati sadarkan fikiran
Percuma hanya dalam sedu sedan
Meratapi sepenggal kegagalan
Tak akan merubah keadaan
Kini aku mengerti segala nyata
Semua kehendak Sang Pencipta
Agar makna diraih para hamba
Agar tak terjatuhkan air mata
Hingga bangkit kembali lemah raga
Hingga tak kan henti meniti asa
Meraih bintang yang pernah sirna
Tak kan tertorehkan sesal jua
Dec 2010
Untaian bunga di taman surga
Hadirmu tak kan pernah sia-sia
Karna para pujangga pun memuja
Tuk mengukir indah kata-katanya
Karna sang penyair berucap jua
Tuk lambangkan anggunnya wanita
Karna sebagai persembahan istimewa
Untuk pujaan hati tercinta
Penuh warna merangkai lagu
Penuh warna menyelimutimu
Laksana merah darah berpacu
Merahmu adalah tangguhmu
Laksana putih butiran salju
Putihmu adalah kelembutanmu
Bak merah muda mulia kalbu
Merah mudamu kasih sayangmu
Adalah sekuntum bunga mawar
Indah merona saat memekar
Harum semerbak wangi menebar
Permata mahkota pancarkan sinar
Memberi warna hidup yang hambar
Menghiasi singgasana yang tawar
Mencerahkan melodi yang samar
Menghujam belukar yang cemar
Selalu tersirat indah saat semi
Sejuk terasa mata mengilhami
Menegakkan semangat yang terhenti
Meramaikan jiwa yang sunyi
Menentramkan hati yang tersakiti
Harumnya tumbuhkan inspirasi
Setiap insan pasti mengagumi
Tidak bagi yang tak menyadari
Betapa indahnya walau berduri
Karna duri bukan untuk melukai
June 2011
Tak terhitung peluh yang tlah kau cucurkan
Tak terukur tenaga yang tlah kau korbankan
Tak kau hiraukan ragamu yang haus kekuatan
Hanya untuk berikanku sebuah kehangatan
Tak terhitung kasih yang tlah kau berikan
Tak jera kau lantunkan melodi kedamaian
Berbaris-baris syair tak lelah kau ciptakan
Hanya untuk melihatku menabur senyuman
Denganku hari-harimu kau lewatkan
Setiap waktu menuntunku penuh kesabaran
Selalu dengan keikhlasan dan ketulusan
Hingga diri ini meraih kemandirian
Hingga raga ini temui ketangguhan
Kau adalah sosok berharga dalam hidupku
Ku tak berdaya tanpa kehadiranmu
Engkau adalah lentera dalam setiap gelapku
Engkau adalah mentari dalam setiap pagiku
Kau selalu ada dalam setiap langkahku
Kau teteskan air mata tuk kesedihanku
Kau jua merasakan sgala derita kalbuku
Tak kau biarkan diriku tersedu-sedu
Tak kau biarkan diriku dalam belenggu
Betapa mulianya suci hatimu
Tak pernah kau harap balasan dariku
Sungguh tak pantas semua ini ku tandu
Terlalu banyak goresan merah tlah ku ramu
Tak sedikit kata bibirku menyakitimu
Tak sedikit sikapku tlah mengecewakanmu
Tak selalu ku indahkan nasehatmu
Tak selalu ku penuhi sgala pintamu
Semua ini sungguh tak adil bagimu
Tapi kau tak pernah mengeluh ataupun layu
Kau sambut dengan lapang dada dan senyummu
Walau senja kini telah tiba
Raga kini tak lagi berdaya
Untukku peluh masih kau sangga
Kau tetap berikan berjuta permata
Kasihmu tetap utuh membara
Kata bijak tak henti kau dera
Masih selalu kau tuturkan untukku doa
Mengiringi setiap kaki ini berkelana
Ku tahu sgala taat, patuh dan bakti
Ataupun beribu ucap balas budi
Tak kan pernah mampu menyamai
Seluruh kasih yang tlah kau beri
Hanya doa yang dapat aku semai
Dalam sujudku dalam tengadah jemari
Semoga kasih-Nya selalu mengiringi
Disetiap hembus nafas dan denyut nadi
Sebesar kasihmu untuk diri ini
May 2011
Ku rasakan mata mengikutiku
Menghampiri hamparan senja kalbu
Tak ingin ku tahu yang dituju
Ku biarkan ia singgah dahulu
Biarkan mengisi diari hidupku
Karna hati berbisik bernada syahdu
Tak ku tahu kapan awalnya
Tak ku pedulikan untaiannya
Tak ku sadari arti kehadirannya
Tak dapat ku baca gerak – geriknya
Tak ku dapati makna tatapannya
Tak dapat pula ku meramalnya
Tak ingin ku memikirkannya
Namun tak ingin ku tahu akhirnya
Karna hati teduh merasakannya
Hati berdegup kian cepat berlari
Tanpa ku tahu alasan yang pasti
Jiwa misteri telah tampak pergi
Beranjak dari singgasana yang asri
Ku rasakan sesuatu lepas dari diri
Meninggalkan sekuntum detak nadi
Liku – liku lorong ku coba telusuri
Ku kais kemuraman berduri
Tetap tak ku dapatkan kembali
Ku rasakan putaran bumi berhenti
Mengiringi jiwa yang telah sunyi
Kini ku sadar ia telah benar tiada
Sirna dari genggaman kedua mata
Walau tak pernah ku tahu makna
Kehadiran dan rasa yang tercipta
Terenggut terasa sungguh nyata
Tak kan terlupa yang pernah ada
Biarkanlah mengisi memori rasa
Yang haus akan indah nuansa
January 2011
Saat ini
Hanya gelap yang ku saksikan
Di bawah langit malam yang terang
Penuhi mata yang terpejam perlahan
Petang tak berujung menghampiri untuk berkawan
Mendekap erat jiwa yang mulai rentan
Walau sinar bintang indah berkilauan
Tetap tak dapat lepaskanku dari kegalauan
Saat ini
Hanya hembusan angin yang ku rasakan
Membelai kulitku yang gersang kian
Terasa tajam hingga tinggalkan goresan
Jiwa telanjang tersentuh dingin yang mematikan
Tiada sanggup lagi tegakkan sendi dan tulang
Tinggal sandaran upaya yang teruntuhkan
Saat ini
Hanya hening yang ku resapi
Meski ku dekap alunan melodi
Meski gaduh beribu mesin merasuki
Kesunyian tetap bersemayam dalam hati
Jendela hati dalam gulita kokoh terkunci
Beranjak mata ini berselimut rantai sandi
Yang makin merumitkan anyaman berjuta sensori
Saat ini
Hanya hampa yang terpasung dalam kalbu
Tiada rasa gejolak yang melagu
Nada duka tampak riang berpadu
Melengkapi derai durja penuh sabu
Makin ku rasa jiwa dalam belenggu
Seakan bahagia tegar dalam beku
Tinggal kosong yang enggan berlalu
Hambar terasa keterasingan ini menandu
August 2011
Terdampar di padang pasir gersang
Tak ku dapat sepercik terang
Terpapar lembaran langit kelam
Hampiri jiwa yang telah runyam
Dunia sungguh terasa hampa
Hanya bisikan angin menyapa
Laksana kapal di tengah lautan
Amarah badai ombak memainkan
Tak sanggup kokohkan iman
Hanya terpaku, terpasung kian
Bunga layu ialah dia
Diantara hamparan sabana
Tak mampu menopang mahkota
Tempat berpadu dua sisi berbeda
Bak kayu lapuk tak lestari
Berjuta tahun telah mati
Hanya dapat berdiam diri
Tak dapat memberi arti
Hangat pencaran api ingin kurasakan
Arungi melodi-melodi kehidupan
Merajut untaian simfoni angan
Akan tetapi …
Hati membbisu tetap tinggal
Jiwa naluri tak terjamah
Perih terhimpit kian mencekam
March 2010
Detak jantung gaduh bertalu-talu
Denyut nadi riang menggebu-gebu
Terasa sesak aliran nafas melaju
Mulut diam hanya membisu
Kaki berat melangkah penuh ragu
Pikiran melayang jauh dari rambu
Sejenak tak tahu yang ku tuju
Setiap ku lihat raut wajahmu
Yang tak ku sangka kan bertemu
Entah rasa apa yang sedang menderu
Kadang hati merasa benci
Ku miliki rasa yang gundahkan hati
Ku miliki rasa yang mengusik sanubari
Buatku kehilangan konsentrasi
Lewatkan jutaan detik tuk resapi
Tak ada nyata perasaan ini
Hanya hanyut terambing dalam hati
Dan tak ku tahu arti rasa ini
Kadang kalbu rasakan rindu
Yang menyelimuti semanis madu
Ku tahu jiwa hampa tanpa lagu
Ku tak ingin ingkari takdirku
Ku bukanlah insan yang berhati beku
Ku ingin arungi alunan syahdu
Menuntun angan ke dunia khayalku
Telusuri celah kosong yang membelenggu
Ramaikan jiwa yang suram kelabu
Waktu terasa cepat tak terhentikan
Berujung pada sebuah perpisahan
Selamat tinggal ingin ku ucapkan
Tapi tak ku tahu dirimu gerangan
Kurasakan nurani penuh keraguan
Masihkah rasa ini kan bertahan
Sampai kapankanh akan tersimpan
Ataukah akan hilang tanpa goresan
Sungguh rasa yang membosankan
Hati telah enggan memperdulikan
Biarlah waktu yang kan beri jawaban
February 2011